Mirna meninggal setelah minum kopi Vietnam di Grand Indonesia
Hasil Otopsi Jenazah Mirna, Ada Zat yang Sebabkan Keracunan
Minggu, 10 Januari 2016 | 08:39 W32
JAKARTA, KOMPAS.com — Polisi diizinkan melakukan otopsi terhadap jenazah Wayan Mirna Salihin (27), perempuan yang meninggal seusai minum es kopi Vietnam di Grand Indonesia, Jakarta, Rabu (6/1/2016). Izin dari keluarga itu didapat setelah polisi memberikan penjelasan.
Otopsi dilakukan dalam waktu lebih kurang satu jam, dari pukul 00.00 WIB hingga pukul 01.00 WIB dini hari tadi.
"Betul kami sudah bisa otopsi. Kami beri penjelasan kalau otopsi tidak perlu waktu lama, kami cuma perlu periksa lambung dan hatinya, keluarga akhirnya mengizinkan," kata Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Metro Jaya Komisaris Besar Musyafak saat dihubungi Kompas.com, Minggu (10/1/2016) pagi.
Setelah memeriksa lambung dan hati Mirna, polisi mendapati adanya zat yang bersifat korosif di dua organ tersebut. (Baca: Kopi Vietnam yang Dicicipi Mirna Disebut Pahit dan Berbau)
Dengan kata lain, kemungkinan besar, penyebab kematian Mirna yang mendadak bisa diakibatkan oleh keracunan.
"Ada kandungan zat yang menyebabkan keracunan. Sifat zat tersebut asam. Kemungkinan besar meninggal karena keracunan," tutur Musyafak.
Saat ditanya kemungkinan adanya kandungan zat serupa di lambung dan hati Mirna dengan di es kopi Vietnam yang dipesan, Musyafak mengungkapkan, ia masih harus menunggu hasil pemeriksaan dari Puslabfor Polri yang rencananya akan selesai pada pekan depan.
Pihak kepolisian memang telah mengamankan beberapa barang untuk diperiksa, salah satunya sisa es kopi Vietnam yang dipesan dan diminum Mirna sebelum dia kejang dan mendadak meninggal dunia.
Sebelum meninggal, Mirna datang ke kafe O di Grand Indonesia bersama kedua temannya, S dan N. (Baca: Jenis Es Kopi yang Diminum Mirna Juga Dicicipi Pengunjung Lain)
Mirna dan kedua temannya masing-masing memesan minuman yang berbeda di kafe tersebut. Saat S dan N meminum minuman mereka, tidak ada hal apa pun yang terjadi.
Sementara itu, Mirna langsung kejang setelah baru saja menyeruput es kopi Vietnam pesanannya. (Baca: Kafe Tempat Mirna Tewas Saat Minum Kopi Enggan Berikan Keterangan)
Mirna pun segera dibawa ke Klinik D di Grand Indonesia untuk dirawat. Setelah itu, Mirna dibawa ke Rumah Sakit Abdi Waluyo di Menteng.
Sesampainya di sana, Mirna dipastikan sudah meninggal.
SUMBER :
Hari Tempe Sedunia
Jakarta | Jum’at, 7 Jun 2013 Wahyu Utomo
BARANGKALI kutipan pernyataan Presiden Soekarno “bukan bangsa tempe” jangan ditafsirkan negatif. Sejarah telah mencatat bahwa tempe berasal dari budaya Jawa yang perlahan tetapi pasti telah merambah dunia sebagai bahan pangan yang menyehatkan. “Hasil kajian ilmiah dari para peneliti andal dunia semakin memperkuat tempe sebagai pangan fungsional kebanggaan bangsa Indonesia,” kata Made Astawan, Ketua Forum Tempe Indonesia (FTI) di Jakarta, kemarin.
Made mengatakan Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Saat ini di Indonesia diperkirakan terdapat lebih dari 100 ribu pengrajin tempe, dengan skala produksi yang sangat bervariasi satu sama lain. Sekitar 60 persen dari konsumsi kedelai nasional diolah menjadi tempe. Konsumsi tempe di Indonesia telah mencapai 7,0 kilogram per kapita per tahun.
“Dewasa ini, tempe tidak hanya berpotensi untuk dikembangkan di dalam negeri, tetapi juga memiliki peluang ekspor yang semakin besar. Potensi pasar tempe di luar negeri kian terbuka luas dengan semakin banyaknya pelaku vegetarian di dunia. Untuk mengisi peluang ekspor tersebut perlu dikembangkan produk tempe Generasi 1 dan Generasi 2 yang diproduksi secara higienis,” katanya.
Karena itu FTI mempunyai misi menciptakan kesadaran secara nasional untuk mempromosikan tempe dan produk-produk hasil olahan tempe sebagai produk unggulan bangsa Indonesia. Belajar dari Swiss, mereka mengimpor biji kakau dan mengolahnya menjadi produk cokelat kualitas tinggi dan mengekspor produk olahan kakau menjadi cokelat bermerek internasional dengan harga ratusan kali lipat.
Tempe dan hasil olahannya memiliki potensi untuk menjadi produk unggulan Indonesia untuk diekspor ke berbagai belahan dunia; kripik tempe, tepung tempe, cheese steak tempe, nugget tempe, sosis tempe, dan puluhan produk olahan lainnya memiliki potensi sebagai produk unggulan bangsa Indonesia.
Salah satu keputusan dari 8th Southeast Asia Soy Foods Seminar and Trade Show yang dilaksanakan di Westin Resort Nusa Dua Bali pada tgl 21-23 Mei 2013 dan dihadiri oleh sekitar 250 orang dari 13 negara, adalah pengakuan bahwa tempe merupakan warisan budaya bangsa Indonesia yang telah diakui dunia sebagai pangan sehat. Salah satu bentuk pengakuan dunia terhadap tempe adalah diterimanya usulan Indonesia oleh FAO dan WHO untuk penetapan Standar Codex Tempe, yang saat ini telah memasuki step 5 dari 8 step yang harus dilalui.
“Agenda FTI tahun ini salah satunya adalah pencanangan 6 Juni sebagai Hari Tempe Internasional (International Tempe Day). Salah satu alasan dipilihnya 6 Juni adalah karena tanggal ini merupakan hari kelahiran Presiden Soekarno, yang pada era 1950-an hingga 1960-an, sering berpidato “Jangan Jadi Bangsa Tempe” untuk memotivasi bangsa Indonesia agar tidak diinjak-injak bangsa lain,” katanya.
Munculnya slogan tersebut terkait dengan teknologi pembuatan tempe yang sangat sederhana di kala itu, di mana kedelai yang telah direbus kemudian diinjak-injak dengan kaki untuk melepaskan bagian kulit, sebelum dilakukan proses fermentasi. Alasan kedua adalah diresmikannya Rumah Tempe Indonesia (RTI) di Bogor pada 6 Juni 2012. “RTI ini merupakan percontohan praktik pembuatan tempe secara higienis bagi para pengrajin tempe tradisional. RTI telah mendapatkan sertifikat HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Points) sebagai bukti penerapan GMP (Good Manufacturing Practices) secara menyeluruh,” katanya.
Dewasa ini, proses pembuatan tempe dilakukan dengan teknologi yang lebih modern dan tingkat sanitasi yang lebih baik, sesuai konsep GMP. Proses pelepasan kulit kedelai tidak lagi dilakukan dengan cara diinjak, tetapi dengan menggunakan mesin antikarat (stainless steeel). Bukti-bukti ilmiah tentang tempe sebagai makanan sehat pun kian bermunculan dari berbagai peneliti dunia. Andaikan Bung Karno masih hidup saat ini, mungkin beliau akan berpidato dengan slogan “Banggalah Menjadi Bangsa Tempe"
SUMBER :
http://www.jurnas.com/halaman/20/2013-06-07/250003