Selasa, 18 November 2014 | 10:22 WIB
SHUTTERSTOCK Ilustrasi
JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah akhirnya menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sebesar Rp 2.000 per liter. Harga tersebut berlaku mulai Selasa (18/11/2014). Alhasil, harga BBM bersubsidi dan non-subsidi di Indonesia kini termahal di antara negara kawasan Asia Tenggara.
Dengan kenaikan harga premium menjadi Rp 8.500 per liter, harga BBM bersubsidi kita lebih mahal dibandingkan dengan Malaysia. Di Malaysia, harga bensin RON 95 dan solar diesel saat ini masing-masing sebesar 2,30 ringgit (sekitar Rp 8.400) dan 2,20 ringgit (Rp 8.100) per liter.
Alhasil, bensin premium yang memiliki RON 88 di Indonesia lebih mahal dari bensin di Malaysia yang memiliki RON 95. Sedangkan solar di Indonesia relatif lebih murah dari Malaysia. Sedangkan harga BBM non-subsidi, yakni Pertamax Plus yang sama-sama memiliki RON 95, masih lebih mahal dari Malaysia. Di Indonesia, harga Pertamax Plus per Senin (17/11/2014) yaitu Rp 11.600 per liter.
Juga harga Pertamax yang beroktan 92, lebih mahal dari bensin Malaysia karena masih dijual seharga Rp 10.200 per liter. Padahal, oktan bensin ini lebih rendah dari bensin di Malaysia.
Sedangkan bensin di Thailand dan Singapura, masing-masing mengandung oktan 91, 92, dan 95. Berdasarkan catatan Kontan, di Singapura, harga BBM RON 95 saat ini sebesar Rp 19.643 per liter, lebih tinggi dari Pertamax Plus di Indonesia. Dan, harga minyak paling murah di Asia Tenggara ialah Brunei Darussalam dengan RON 98 seharga BND 0,53 atau Rp 4.100 per liter.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menolak jika harga BBM di Indonesia terlalu mahal. Hitungan Bambang, harga pasar atau harga keekonomian BBM bersubsidi saat ini sebesar Rp 10.000 per liter karena menghitung rata-rata harga minyak selama setahun. Alhasil, harga BBM bersubsidi bagi Bambang adalah harga yang sesuai pasar. (Benedictus Bina Naratama, Margareta Engge Kharismawati)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar