Balada Pegawai Yang Kehilangan Halte Buswaynya

 

Posted by zeekyuryu, 05 June 2014 · 235 views
 
Posted Image

Awal pekan kemarin, saya mendapat info dari sejumlah teman kalau halte busway Karet dan Setiabudi di koridor 1 busway ditutup. Setelah baca-baca berita, ternyata penutupan karena ada pembangunan proyek MRT.
Sebagai salah satu pegawai yang setiap hari naik dan turun di halte Setiabudi, ini tentu jadi sesuatu yang berpengaruh bagi saya. Semula saya berpikir tidak masalah karena sebelumnya pernah terjadi seperti ini. Para penumpang bisa turun di halte berikutnya (Dukuh Atas) dan naik kembali bus dengan arah berlawanan. Namun ternyata, situasinya berbeda.
Cara sebelumnya dilakukan karena penutupan halte hanya satu arah saja. Tapi kini, 2-2nya. Bahkan, ketika mencari info lain, penutupan akan berjalan hingga proyek MRT selesai. Entahlah, yang jelas itu akan sangat lama.
Untuk menampung para penumpang yang turun di halte Karet dan Setiabudi, pemerintah membangun halte Karet Baru yang letaknya tepat di depan Hotel Le Meridien, Sudirman. Halte ini dibangun memang lebih besar dibanding 2 halte aslinya sehingga diharapkan tidak ada penumpukkan atau antrean yang panjang dan sesak di sana.
Kebijakan pemerintah ini cukup mengusik keseharian saya. Mari kita bicarakan dulu keluh kesah saya di minggu pertama penutupan Halte Karet Setiabudi.
Yang pertama, pastinya jarak dan waktu tempuh saya ke kantor lebih panjang dari biasanya. Kantor saya ada di Cityloft Sudirman yang mana berada di belakang halte busway Setiabudi. Dengan turunnya saya di halte Karet Baru, saya harus berjalan lebih jauh dari biasanya. Dengan jaraknya yang lebih jauh, waktu juga jadi lebih lama. Apalagi jika sudah diburu waktu.
Yang kedua, jikalau saya memilih naik kopaja atau metromini lagi setelah keluar halte busway, jaraknya terlalu dekat untuk dibayar Rp 3000. Secara ekonomi, pengeluaran saya akan membengkak setiap harinya, apalagi jika dikalkulasikan setiap bulannya.
Jalan jendral Sudirman (sepanjang Benhill hingga Dukuh Atas) memang memiliki trotoar untuk pejalan kaki yang sudah lumayan baik. Sudah agak nyaman, meski kebersihannya masih kurang memuaskan. Berjalan kaki sepanjang jalan ini yang dikeluhkan adalah panas dan kebersihannya. Pemerintah dan pengelola setiap gedung sebaiknya memperhatikan kebersihan jalan yang ada agar para pejalan kaki lebih nyaman.
Selain mengeluh, saya cuma bisa menjalani saja ketentuan yang ada. Ambil sisi postifnya yaitu bisa olahraga jalan kaki biar lebih sehat. Hanya saja sebaiknya ada perhatian lebih untuk para pejalan kaki saat ini.
Jika di luar negeri, jalan kaki yang jauh tak masalah karena trotoar atau koridor pinggir jalan tertata dengan sangat rapi dan bersih sehingga nyaman dilalui pejalan kaki. Mereka bisa, seharusnya kita bisa. Trotoar dibuat agar lebih nyaman sehingga jalan kaki jauh pun tidak masalah.
Harapan lainnya, semoga saja para pengguna angkutan umum, terutama Bus Trans Jakarta tidak kapok menggunakan transportasi umum meski harus berjalan kaki. Jika tujuan pemerintah mengurangi kemacetan dengan seruan untuk menggunakan transportasi umum, sebaiknya hal-hal yang berkaitan dengan fasilitas umum baik kendaraan, halte, hingga kenyamanan para penggunanya wajib diperhatikan.
Pejalan kaki di Indonesia sejujurnya masih belum bisa berjalan dengan nyaman. Trotoar pinggir jalan sering disalahgunakan jadi lahan parkir motor, lapak pedagang kaki lima, dan sebagainya. Masih tersisa sedikit, pejalan kaki sudah diseruduk pengguna motor yang tidak sabar dengan kepadatan lalu lintas hingga harus naik dan melaju di atas trotoar pejalan kaki. *deep sigh*
Semoga pembangunan MRT benar-benar terwujud hingga selesai tanpa terputus dan terbengkalai tengah jalan seperti yang sudah-sudah.

 
SUMBER :
http://jalan2.com/forum/blog/259/entry-434-balada-pegawai-yang-kehilangan-halte-buswaynya/  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar