"All The President Man", Semakin Gemuk atau Efektif?

 

Jumat, 30 Januari 2015 | 22:03 WIB

KOMPAS Keberadaan orang-orang Jokowi-JK dan penataan ruang di kompleks Istana Kepresidenan dan Setneg.

 

JAKARTA, KOMPAS - Sepekan setelah Joko Widodo dan Jusuf Kalla dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2014-2019, keduanya membentuk Kabinet Kerja yang terdiri atas 34 menteri. Dari jumlah tersebut, 12 orang pernah membantunya di kampanye Pemilu Presiden dan Wapres 9 Juli 2014. Dua orang lainnya diangkat sebagai pejabat setingkat menteri dan kepala badan.

Mereka adalah Rini Soemarno, Menteri BUMN; Tjahjo Kumolo, Mendagri; Puan Maharani, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan; Anies Baswedan, Mendikbud; Tedjo Edhy Purdijatno, Menkopolhukam; Marwan Jafar, Menteri Desa, PDT, dan Transmigrasi; Imam Nahrawi, Menpora; Khofifah Indar Parawansa, Mensos; Ferry Mursyidan Baldan, Menteri Agraria dan Tata Ruang; Siti Nurbaya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Hanif Dhakiri, Mennaker; Saleh Husin, Menperin; Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto, juga Franky Sibarani, Kepala BKPM.

Nama-nama ini tercatat pernah membantu Jokowi-JK sebagai anggota tim pemenangan, juru bicara, penghubung, dan penggalangan saat pemilu presiden hingga persiapan kabinet.

Jokowi-JK juga memboyong mereka yang dianggap berjasa saat menjadi Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta ke Istana Kepresidenan. Selain petugas protokoler di Balai Kota, administrasi, dan dua dokter di Balai Kota DKI, Jokowi juga membawa anggota Polda Metro Jaya yang mengawal Jokowi saat kampanye. Tujuh orang itu kini ada di Wisma Negara.

Mereka inilah yang disebut tim pendahulu. Tugasnya, misalnya, membantu Jokowi sebelum blusukan ke daerah. Selain memetakan situasi dan persoalan di lapangan, juga mengondisikan agar Presiden bisa memberi keterangan atau menyapa warga. Hasil survei tim pendahulu dilaporkan ke staf Sekretaris Pribadi Presiden.

JK juga mengangkat orang-orang yang pernah membantunya saat kampanye dan selama menjadi wapres pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, di antaranya, mulai dari teman sekolah dan sahabatnya, M Abduh dan Alwi Hamu serta Sofjan Wanandi.

Sejumlah menteri juga mengangkat mereka yang pernah menyertai Jokowi-JK sebagai capres dan cawapres. Di antaranya Mensesneg Pratikno yang memilih Ari Dwipayana dan Refli Harun untuk menjaga gawang di bidang politik dan hukum. Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto menarik Alexander Lay, Jaleswari Pramodhawardhani, dan Teten Masduki yang pernah menjadi anggota kelompok kerja Tim Transisi penyiapan pemerintahan.

Saat dikonfirmasi, Presiden Jokowi membenarkan mereka dia minta membantu di kabinet dan Istana. "Namun, jumlahnya berapa? Ini cuma dua atau tiga orang sudah dimasalahkan. Yang penting mereka efektif. Dulu, sampai seratusan (orang), ya tidak apa-apa? Apa mereka juga efektif?" katanya, beberapa waktu lalu, di halaman Istana kepada Kompas.

Tentu, harapan setelah 100 hari ini, Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla dituntut tak hanya menambah orang-orangnya yang pernah berjasa, tetapi juga yang utama meningkatkan kinerja untuk memenuhi janji-janji yang pernah disampaikannya saat kampanye.

(Andy Riza Hidayat, C Wahyu Haryo, Sonya Hellen Sinombor, Suhartono)

 

SUMBER :

http://nasional.kompas.com/read/2015/01/30/22032211/.All.The.President.Man.Semakin.Gemuk.atau.Efektif.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar