Dipo Alam
Senin, 13 Oktober 2014 | 19:16 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Sekretaris Kabinet Dipo Alam meminta tak ada yang mempersoalkan acara penyambutan yang disiapkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk presiden terpilih Joko Widodo, seusai pelantikan pada 20 Oktober mendatang. Ia juga menilai, tak seharusnya ada yang meributkan status SBY yang kembali lagi ke Istana setelah pelantikan presiden baru. (Baca: Begini Cara SBY Sambut Jokowi di Istana pada 20 Oktober)
Menurut dia, yang terpenting adalah niat baik SBY untuk menyambut presiden baru. Dipo menyebut, hal ini sebuah tradisi baru dalam suksesi pemerintahan.
"Kami kan hanya welcome saja. Beliau (SBY) ingin menyambut Pak Jokowi sebagai kepala negara baru. Pamitan terakhir, kan bagus. Apa masalahnya? Apa karena sudah bukan jadi presiden lagi, enggak boleh balik kemari? Ya kan dia hanya menyambut," ujar Dipo di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (13/10/2014).
Dipo mengatakan, pada tanggal 20 Oktober mendatang, Presiden SBY bersama Ibu Negara Ani Yudhoyono akan terlebih dulu menghadiri acara pelantikan Jokowi-Jusuf Kalla dalam Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Setelah pelantikan, SBY akan kembali ke Istana.
"(Kembali ke Istana) bukan sebagai presiden lagi, melainkan sebagai orang yang pernah tinggal di sini. Beliau menghormati presiden yang baru," kata Dipo.
Dalam acara penyambutan itu, akan ada tujuh kepala negara yang hadir dan memberikan ucapan selamat kepada Jokowi. Namun, ada kemungkinan, jumlah kepala negara yang hadir akan bertambah menjadi 10 orang.
"Ini semua terserah Pak Jokowi dan yang lain. Kalau menurut saya, tradisi ini kan bagus, belum pernah ada secara damai. Jadi, beliau terima datang dengan mobil biasa, pulang dengan mobil pribadi, tidak lagi pakai (mobil) RI 1," kata Dipo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar