Relawan Jokowi Kecewa Tidak Adanya Kementerian Ekonomi Kreatif

 

Menteri Pariwisata dan Industri Ekonomi Kreatif RI Mari Elka Pangestu (tengah), Musisi dan pemerhati budaya Yovie Widianto (kiri), dan program director Bakti Budaya Djarum Foundation  Renita Sari  (kanan) dalam diskusi dengan tema "Indonesia Kreatif, Indonesia Keren" di galeri Indonesia Kaya, Jakarta, Selasa (9/9).
Menteri Pariwisata dan Industri Ekonomi Kreatif RI Mari Elka Pangestu (tengah), Musisi dan pemerhati budaya Yovie Widianto (kiri), dan program director Bakti Budaya Djarum Foundation Renita Sari (kanan) dalam diskusi dengan tema "Indonesia Kreatif, Indonesia Keren" di galeri Indonesia Kaya, Jakarta, Selasa (9/9). (sumber: Suara Pembaruan / Joanito De Saojoao)


Jakarta – Salah satu organisasi relawan Jokowi-JK yang bernama Entrepreneur & Professional for Jokowi (EP for Jokowi) mengaku kecewa lantaran Jokowi tidak mengakomodasi Kementerian Ekonomi Kreatif di kabinetnya.
Padahal, Kementerian Ekonomi Kreatif merupakan salah satu kementerian baru yang pernah dilontarkan Jokowi di Rumah Transisi selain Kementerian Maritim dan Kementerian Agraria.
Hal ini disampaikan oleh Koordinator EP for Jokowi Hasnil Fajri seusai mendengarkan pengumuman 34 struktur dan nama menteri kabinet Jokowi-JK pada Minggu (26/10) di Jakarta.
“Dalam Pilpres kali lalu, Jokowi-JK berjanji meningkatkan pengembangan industri atau ekonomi kreatif. Hal ini terucap dalam sembilan Program Nyata Jokowi-JK di item keenam, yaitu mendorong, memperkuat dan mempromosikan industri kreatif dan digital sebagai salah satu upaya mempercepat laju pertumbuhan ekonomi,”ujar Hasnil.
Hasnil mengaku kecewa karena tidak ada Kementerian Ekonomi Kreatif dalam struktur kabinet Jokowi-JK. Padahal, menuruntnya, Ekonomi Kreatif (Ekraf) sejak tahun 2013 lalu telah menjadi sektor ke-10 dalam sektor perekonomian Indonesia.
“Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB sebesar 7,05%, serapan tenaga kerja sekitar 10% dari total angkatan kerja serta ekpor ekonomi kreatif sebesar 7,27% dari total keseluruhan ekspor Indonesia,” bebernya.
Hasnil mengungkapkan betapa penting Kementerian Ekonomi Kreatif di antaranya supaya bisa lebih fokus kepada pengelolaan dan pengembangan ekonomi kreatif nasional, pemusatan anggaran ekonomi kreatif supaya tidak tumpang tindih kepentingan dengan kementerian dan lembaga lain.
“Dalam SBY periode kedua (KIB II), anggaran ekonomi kreatif tersebar di sejumlah kementerian dan lembaga sehingga tidak fokus dan tumpah tindih,”katanya.
Di tengah kekecewaan tersebut, salah satu mantan anggota Pokja Tim Transisi bagian ekonomi kreatif ini berharap Jokowi-JK tidak mengabaikan pengembangan ekonomi kreatif. Hasnil berkeyakinan ekonomi kreatif menjadi salah satu primadona penggerak perekonomian Indonesia 5 tahun ke depan.
“Di tahun 2013 saja, ekonomi kreatif sudah menunjukkan potensinya yang besar. Itu negara belum hadir. Apalagi kalau negara hadir dalam pengembangan ekonomi kreatif, potensi bisa berlipat-lipat,”tandasnya.
Hasni juga mengaku bahwa ekonomi kreatif akan mampu mengejar ketertinggalannya dari negara tetangga di ASEAN seperti Singapura, Malaysia, Vietnam. Menurutnya, di penghujung tahun 2019, Indonesia menjadi negara big-5 Ekonomi Kreatif di Asia setelah Jepang, Tiongkok, Korea Selatan, dan India.
“Jangan lupa tahun depan, Indonesia masuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Jika ekonomi kreatif tidak dikembang, maka Indonesia akan tertinggal,”pungkasnya.
Penulis: Yus/YS 


SUMBER :
 http://www.beritasatu.com/nasional/220401-relawan-jokowi-kecewa-tidak-adanya-kementerian-ekonomi-kreatif.html















Tidak ada komentar:

Posting Komentar