AMBON, KOMPAS.com — Kepergian Gayatri Wailissa (17), "doktor cilik" yang mendunia karena kemampuannya dalam menguasai 13 bahasa asing, membawa duka mendalam.Indonesia kehilangan pemudinya yang berprestasi. Remaja yang berusia 17 tahun dengan kemampuan linguistik mumpuni. Dengan usia yang masih belia, Gayatri sudah menguasai 14 bahasa. Ke-14 bahasa yang dikuasai Gayatri adalah Inggris, Jerman, Perancis, Mandarin, Jepang, Korea, Italia, Spanyol, Belanda, Rusia, India, Arab, Thailand dan Tagalok
Remaja asal Ambon ini meninggal dunia setelah merasakan pusing seusai berolahraga bersama sejumlah temannya di Taman Suropati, Jakarta. Sebelum meninggal, Gayatri sempat dirawat di Rumah Sakit Abdi Waluyo, Jakarta, selama empat hari. Gayatri dinyatakan meningal dunia sekitar pukul 19.15 WIB, Kamis (23/10/2014).
Kabar duka ini pun dengan cepat beredar di media sosial, seperti facebook, Twitter, dan bahkan melalui layanan pesan singkat. Siapa sangka, sosok sederhana yang mengharumkan nama bangsa di forum-forum internasional itu harus pergi dengan cepat."Keluarga besar masyarakat Maluku turut berduka atas wafatnya Gayatri Wailissa. Semoga amal ibadahmu diterima di sisi Allah SWT dan bagi keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan. Innalilahi wainnailaihi rajiun, semua yang hidup pasti akan meninggal," tulis Ghauz E Azam, warga Ambon, di akun Facebook-nya.
Kabar meninggalnya Gayatri dibenarkan oleh sang ayah, Deddy Darwis Wailissa, saat dihubungi dari Ambon, Jumat (24/10/2014) dini hari. "Menurut dokter Agus yang menanganinya, Gayatri menderita pendarahan pada otaknya," ungkap Deddy.
Sebelum dirawat, Gayatri sempat berada di Rusia untuk menghadiri sejumlah undangan sebagai narasumber. Gayatri baru kembali ke Tanah Air setelah diundang untuk menghadiri pelantikan Presiden Joko Widodo di Gedung DPR RI.
Namun, keinginannya untuk menghadiri acara pelantikan itu ternyata tak terwujud. Sebab, menurut Deddy, rencananya, setelah berolahraga di Taman Suropati, di Kawasan Menteng, Senin pagi, Gayatri akan menghadiri acara itu. Namun, kondisinya tiba-tiba memburuk.
Deddy mengaku tidak menyangka Gayatri, anak kesayangannya itu, akan meninggal secepat itu. Pihak keluarga sendiri tidak memiliki firasat bahwa anaknya akan segera pergi meninggalkan keluarganya. "Saya dan keluarga tidak merasakan apa-apa," ujarnya.
Terakhir keluarga besar bertemu dengan Gayatri saat dia kembali ke Ambon pada akhir September 2014 lalu. Deddy dan istrinya baru mengetahui Gayatri dirawat di RS setelah dihubungi salah satu kerabatnya di Jakarta. Kabar mengejutkan tersebut memaksa Deddy beserta istri dan anak bungsunya bertolak ke Jakarta.
Saat tiba di Jakarta, mereka langsung menuju ruang ICU RS Abdi Waluyo, tempat buah hati mereka dirawat. Menurut Deddy, selama empat hari menjalani perawatan, tubuh Gayatri semakin melemah. Dia tak sadarkan diri. Tubuhnya sama sekali tak bergerak.
"Saya dan istri hanya bisa menangis melihat kondisi Gayatri. Semua tubuhnya dipasangi alat kesehatan," kata Darwis.
Penyakit mematikan yang merenggut nyawa anaknya itu membuat Deddy bertanya-tanya. Gayatri tidak pernah mengeluh sakit kepala atau menderita penyakit serius. "Paling hanya mengeluh sakit mag karena dia sering lupa makan," kata dia.
Tak hanya sang ayah yang dibuat bingung, dokter Agus juga menyerah menghadapi penyakit yang menyerang Gayatri. "Biasanya setelah darah di otak disedot, pasien sudah bisa sadar kembali," kata Darwis menirukan ucapan dokter. "Kami ikhlas jika itu memang kehendak Tuhan," ujar dia lagi. .
Gayatri dikabarkan meninggal karena mengalami pendarahan otak setelah dirawat empat hari di rumah sakit. Disebutkan bahwa nyawanya tidak bisa tertolong lagi karena pembuluh darahnya sudah pecah.
Jenazah Gayatri akan diterbangkan ke Ambon, Maluku Jumat (24/10) hari ini dan akan dimakamkan di tempat kelahirannya.
Kabar duka ini tentu saja cepat menyebar di media sosial. Di twitter, ucapan duka atas kepergian Duta ASEAN untuk Indonesia di bidang anak mewakili Indonesia ini terus mengalir."Kita kehilangan asset muda bangsa yg berharga. RIP Gayatri Wallisa. Semoga Allah SWT mengampuni dosa2 dan amalmu diterima disisi-Nya Amin," kata Luthfy Yusarian R dengan akun @riandany beberapa menit lalu.
"Pemerintahan baru... Lanjutkan perjuangan cita-cita bangsa Indonesia... NKRI harga mati...," kicau Gayatri Wailissa dalam akun twitternya @GayatriWhisnu.
Dalam timeline @GayatriWhisnu, kicaun ini merupakan yang kali terakhir sebelum Gayatri dinyatakan meninggal dunia sekitar pukul 19.15 WIB di RS Abdi Waluyo, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (23/10) malam.
Tweet ini dilakukan Gayatri saat berada di Jakarta. Keberadaan pemudi kelahiran Ambon 31 Agustus 1995 ini di ibu kota Negara dalam rangka memenuhi undangan pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Joko Widodo yang digelar Senin (20/10) lalu.
Ayah Gayatri, Deddy Darwis Wailissa mengatakan anaknya belum sepekan berada di Jakarta. Ia baru saja pulang dari Rusia menjadi pembicara dalam sebuah seminar.
Kepergian almunus SMA Unggulan Siwalima, Ambon memberikan duka mendalam bagi keluarga. Apalagi kata Darwis, Gayatri jarang bersama dengan keluarganya.Terakhir kali, keluarga besar bertemu saat Gayatri mengunjungi orang tua dan saudaranya di Ambon pada akhir September 2014 lalu.“Dia datang di Ambon 21 September lalu. Di Ambon lima hari setelah itu kembali ke Jakarta,” ujar Darwis.
sumber:
jpnn.com
kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar