Penulis : Unoviana Kartika | Rabu, 16 Juli 2014 | 08:03 WIB
KOMPAS.com - Obesitas tidak hanya penambahan lapisan lemak pada paha, lengan, atau perut. Ada konsekuensi lebih besar dari pola makan yang tidak baik dan kurang bergerak ini. Mungkin kita tidak bisa melihat secara kasat mata efek obesitas pada organ, namun nyatanya obesitas memang dapat mempengaruhi kesehatan.
Biokimia dalam tubuh sangatlah kompleks, menghubungkan banyak organ di seluruh tubuh. Tak hanya itu, biokimia tubuh juga berperan untuk menghubungkan organ dengan kesehatan fisik dan mental. Begitu pula dengan obesitas, pasti akan berdampak pada organ-organ di dalam tubuh.
Berikut lima organ yang paling dirusak oleh kondisi obesitas
1. Jantung
Sel lemak di dalam tubuh membutuhkan oksigen untuk tetap hidup. Itu artinya jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah ke lebih banyak pembuluh darah. Ditambah lagi, semakin banyak lemak yang terakumulasi pada dinding arteri, maka semakin sempit ruang darah bergerak di dalamnya dan jantung pun harus bekerja lebih keras.
2. Usus besar
Peneliti belum pernah menemukan hubungan antara obesitas dengan kanker yang begitu kuat, kecuali untuk risiko kanker usus besar atau kolon. Pada pria maupun wanita yang tergolong obesitas, risiko kanker kolon meningkat. Ini terjadi karena pola makan tinggi daging merah dan daging olahan, kedua makanan itu merupakan faktor utama terjadinya polip kolon, tanda awal potensial kanker kolon.
3. Otak
Hubungan antara tubuh dan pikiran sudah lama diketahui dan kini semakin jelas. Sebuah studi menemukan, fungsi kognitif menunjukkan hubungan dengan obesitas. Menurut studi tersebut obesitas dapat berisiko penurunan fungsi kognitif secara dini.
Salah satu hipotesis yang menjelaskan ini adalah obesitas mempengaruhi kerusakan area putih pada otak yang memberikan sinyal pada organ tubuh. John Gunstad, profesor di Kent State University mengatakan, rusaknya hubungan ini tidak sekasar putusnya "kabel" saraf, tetapi obesitas membuat kemampuan penghantaran sinyal ini melemah secara keseluruhan.
4. Kulit
Gangguan obesitas terhadap kulit, misalnya munculnya stretch mark, seringkali dianggap remeh. Padahal ganguan kulit yang terjadi mungkin akan lebih banyak dan berbahaya. Beberapa di antaranya adalah perubahan hormon terkait obesitas dapat menyebabkan acanthosis nigricans, penebalan dan menggelapnya warna kulit terutama di sekitar leher, atau pembengkakan dan tertariknya kulit yang menyebabkan ruam dan iritasi yang disebut dengan stasis dermatitis.
Menjaga kesehatan kulit bukan hanya urusan kecantikan, karena permukaan kulit merupakan pelindung utama dari tubuh. Tertariknya kulit karena obesitas dapat berdampak serius bagi kesehatan.
5. Paru-paru
Organ ini ternyata juga menerima risiko yang tinggi akibat lemak berlebihan di dalam tubuh. Sebuah studi tahun 2010 menunjukkan, banyaknya jumlah sel lemak di dalam tubuh mengurangi kepasitas organ secara keseluruhan untuk memperoleh udara.
Orang dengan obesitas juga cenderung untuk mengalami sleep apnea atau henti napas saat tidur. Bila tidak segera ditangani, maka henti napas akan mengurangi kadar oksigen yang masuk ke dalam tubuh, hingga mengakibatkan pengentalan darah yang berakibat fatal.
KOMPAS.com - Obesitas tidak hanya penambahan lapisan lemak pada paha, lengan, atau perut. Ada konsekuensi lebih besar dari pola makan yang tidak baik dan kurang bergerak ini. Mungkin kita tidak bisa melihat secara kasat mata efek obesitas pada organ, namun nyatanya obesitas memang dapat mempengaruhi kesehatan.
Biokimia dalam tubuh sangatlah kompleks, menghubungkan banyak organ di seluruh tubuh. Tak hanya itu, biokimia tubuh juga berperan untuk menghubungkan organ dengan kesehatan fisik dan mental. Begitu pula dengan obesitas, pasti akan berdampak pada organ-organ di dalam tubuh.
Berikut lima organ yang paling dirusak oleh kondisi obesitas
1. Jantung
Sel lemak di dalam tubuh membutuhkan oksigen untuk tetap hidup. Itu artinya jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah ke lebih banyak pembuluh darah. Ditambah lagi, semakin banyak lemak yang terakumulasi pada dinding arteri, maka semakin sempit ruang darah bergerak di dalamnya dan jantung pun harus bekerja lebih keras.
2. Usus besar
Peneliti belum pernah menemukan hubungan antara obesitas dengan kanker yang begitu kuat, kecuali untuk risiko kanker usus besar atau kolon. Pada pria maupun wanita yang tergolong obesitas, risiko kanker kolon meningkat. Ini terjadi karena pola makan tinggi daging merah dan daging olahan, kedua makanan itu merupakan faktor utama terjadinya polip kolon, tanda awal potensial kanker kolon.
3. Otak
Hubungan antara tubuh dan pikiran sudah lama diketahui dan kini semakin jelas. Sebuah studi menemukan, fungsi kognitif menunjukkan hubungan dengan obesitas. Menurut studi tersebut obesitas dapat berisiko penurunan fungsi kognitif secara dini.
Salah satu hipotesis yang menjelaskan ini adalah obesitas mempengaruhi kerusakan area putih pada otak yang memberikan sinyal pada organ tubuh. John Gunstad, profesor di Kent State University mengatakan, rusaknya hubungan ini tidak sekasar putusnya "kabel" saraf, tetapi obesitas membuat kemampuan penghantaran sinyal ini melemah secara keseluruhan.
4. Kulit
Gangguan obesitas terhadap kulit, misalnya munculnya stretch mark, seringkali dianggap remeh. Padahal ganguan kulit yang terjadi mungkin akan lebih banyak dan berbahaya. Beberapa di antaranya adalah perubahan hormon terkait obesitas dapat menyebabkan acanthosis nigricans, penebalan dan menggelapnya warna kulit terutama di sekitar leher, atau pembengkakan dan tertariknya kulit yang menyebabkan ruam dan iritasi yang disebut dengan stasis dermatitis.
Menjaga kesehatan kulit bukan hanya urusan kecantikan, karena permukaan kulit merupakan pelindung utama dari tubuh. Tertariknya kulit karena obesitas dapat berdampak serius bagi kesehatan.
5. Paru-paru
Organ ini ternyata juga menerima risiko yang tinggi akibat lemak berlebihan di dalam tubuh. Sebuah studi tahun 2010 menunjukkan, banyaknya jumlah sel lemak di dalam tubuh mengurangi kepasitas organ secara keseluruhan untuk memperoleh udara.
Orang dengan obesitas juga cenderung untuk mengalami sleep apnea atau henti napas saat tidur. Bila tidak segera ditangani, maka henti napas akan mengurangi kadar oksigen yang masuk ke dalam tubuh, hingga mengakibatkan pengentalan darah yang berakibat fatal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar